About

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 12 Maret 2014

Saung Abah Olot, Saung Karinding


Endang Sugriwa alias Abah Olot meyakini, alat musik tradisional sebagai bagian dari kebudayaan suatu suku atau bangsa harus dilestarikan. Ini demi kebertahanan identitas masyarakat suku atau bangsa tersebut. Tahun 2003, ketika karinding, alat musik tradisional Sunda, dikabarkan punah, ia terperangah. ”Saya punya tanggung jawab,” katanya. Abah Olot merasa berkewajiban mencegah kepunahan karinding. Sejak dari kakek buyutnya, keahlian membuat dan memainkan karinding diwariskan dalam keluarga. Ia lalu meninggalkan pekerjaannya sebagai perajin mebel kayu dan bambu di Cipacing, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ia kembali untuk menekuni warisan keluarga. ”Saya generasi selanjutnya yang mewarisi keahlian itu setelah ayah saya (Abah Entang) tidak bisa lagi membuat karinding karena matanya rabun,” kata Abah Olot di Desa Cimanggung, Kecamatan Parakan Muncang, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Di rumah bambu itu, Abah Olot dibantu lima perajin membuat karinding dan alat musik lain berbahan bambu. Pada ambin di teras rumah tersimpan seperangkat instrumen, berupa celempung (sejenis kecapi), toleat (seperti seruling), dan kokol (mirip kulintang). Instrumen itu digunakan grup musik tradisional Giri Kerenceng pimpinan Abah Olot. Semua alat musik tradisional itu hampir punah. Namun, yang menjadi perhatian utamanya adalah karinding. Alasannya, hanya sedikit warga yang bisa membuat karinding. Karinding mulanya terbuat dari pelepah aren dengan panjang 10-20 sentimeter. Namun dalam perkembangannya, pelepah aren semakin langka karena banyak warga yang menebangi pohon aren. Alasan mereka, pohon itu tidak lagi berbuah. Maka dari itu, pelepah aren pun terbuang, tidak sempat tua dan mengering. Bambu lalu menjadi bahan utama karinding. Syaratnya, umur bambu minimal dua tahun. Bambu dipotong, dihaluskan, dan dibagi menjadi tiga ruas. Ruas pertama menjadi tempat mengetuk karinding dan menimbulkan getaran di ruas tengah. Di ruas tengah ada bagian bambu yang dipotong hingga bergetar saat karinding diketuk dengan jari. Agar bisa menimbulkan suara, ruas tengah karinding diletakkan di mulut, diapit bibir atas dan bawah. Sekilas bunyi karinding serupa lengkingan serangga di sawah. Bunyi itu berasal dari resonansi di mulut saat karinding digetarkan. Untuk mengatur tinggi-rendah nada, pemain harus lincah mengatur napas dan ketukan jari. Alat semacam itu juga ada di Bali, disebut genggong. Namun, cara memainkannya berbeda. Genggong ditarik benang. Abah Olot bercerita, karinding mulai jarang dimainkan selepas tahun 1970-an. Maraknya alat musik modern memengaruhi selera musik masyarakat sampai ke kampung. Karinding, yang dahulu sering dimainkan pada acara pernikahan atau sunatan, mulai menghilang. Tahun 1940-1960-an, karinding akrab dalam kehidupan masyarakat Sunda. Karinding dimainkan untuk menghibur petani seusai memanen padi atau saat menjemur hasil panen. Malam harinya karinding dimainkan sebagai wujud sukacita atas hasil panen. ”Karinding juga dimainkan petani saat menjaga sawah. Serangga sawah menyingkir apabila karinding berbunyi,” katanya. Memasuki era 1990-an, karinding seperti ditelan bumi. Minimnya publikasi tentang karinding menjadi salah satu faktor redupnya alat musik tradisional itu. Karinding hanya lestari dalam sejumlah kecil keluarga, termasuk keluarga Abah Olot. Sejak usia 7 tahun, Abah Olot belajar memainkan dan membuat karinding dari ayah dan pamannya. Keahlian itu dia tinggalkan saat beranjak dewasa. Abah Olot sempat menjadi pengojek dan perajin mebel sebelum meneruskan warisan keahlian keluarga. ”Istilahnya ulah kasilih ku junti, jangan melupakan adat-istiadat,” katanya. Mulai bangkit Namun, membangkitkan karinding tak mudah. Bunyi karinding dianggap tak sesuai dengan perkembangan musik. Saat awal membuat karinding, Abah Olot memberikan cuma-cuma kepada siapa pun yang mau menerima. Ajakannya kepada pemuda di kampung untuk memainkan karinding ditolak. ”Orang tua dan anak muda beranggapan tak ada gunanya memainkan karinding,” katanya. Namun, Abah Olot terus mempromosikan karinding ke berbagai daerah. Tahun 2008, pada perayaan ulang tahun Kota Bandung, dia bertemu komunitas kreatif kaum muda Bandung yang tergabung dalam Commonrooms. ”Mereka minta suplai karinding untuk dimainkan di depan publik,” kata Abah Olot. Pada tahun yang sama dibentuk kelompok musik Karinding Attack beranggota delapan orang. Personel Karinding Attack bukan seniman tradisional Sunda. Mereka berasal dari komunitas musik underground dan death metal yang sering dianggap ”budak baong” (anak nakal). Abah Olot justru mengajari mereka memainkan karinding. Hasilnya, pada berbagai pertunjukan musik cadas dan punk, seperti Bandung Deathmetal Festival pada Oktober 2009, karinding turut tampil. Bermula dari komunitas death metal, karinding mulai populer di kalangan kaum muda. Banyak di antara mereka lalu tertarik dan ingin belajar memainkan karinding. Maka, setiap Rabu dan Jumat, di tempat Abah Olot dibuka latihan bagi mereka yang ingin belajar karinding. Kini, satu karinding dihargai Rp 50.000. Pesanan karinding mulai mengalir, bahkan pernah dalam sepekan Abah Olot harus memenuhi pesanan 100 karinding. Alat musik tradisional yang sempat dikhawatirkan punah itu kembali mewabah. Hampir semua daerah di Jawa Barat mempunyai kelompok musik karinding. Pemainnya bukan orang tua, tetapi anak muda dengan kreasi lagu modern. Nama kelompok mereka pun ”segar”, seperti Markipat (kependekan dari Mari Kita Merapat), Karmila (singkatan dari Karinding Militan), Republik Batujajar dari Kabupaten Bandung Barat, dan Karinding Skateboard yang dimainkan komunitas skateboard. Karinding juga dimainkan dalam Bandung World Jazz Festival, Desember 2009. Meski bisa dikatakan tidak lagi dimainkan di sawah, karinding justru mencuat pada festival jazz dunia diiringi musik elektrik dan instrumen modern, seperti gitar, terompet, dan drum. Maka, mengalunlah lagu-lagu Sunda dalam harmoni jazz dan karinding. Di balik semaraknya kembali karinding, ada Abah Olot yang tetap setia di ”bengkelnya”. Dia tetap tekun menghaluskan bambu dan menjaga identitas masyarakat Sunda.

Kesenian Lengser

» » Panggung Hiburan Rakyat Hadirkan Kesenian Lengser
BREBES

Panggung Hiburan Rakyat Hadirkan Kesenian Lengser

Wednesday, 15 January 2014 - 756 Views
Panggung Hiburan Rakyat Hadirkan Kesenian Lengser
– Brebes – Meski kesenian lengser diakui bukan asli dari daerah, mayoritas penduduk Kecamatan Salem Brebes Jawa Tengah sering mementaskannya dalam berbagai acara. Hal inilah yang  menjadikan kesenian Lengser ini tidak terlalu asing di mata penduduk disana.
Seperti yan
- See more at: http://www.infopantura.com/panggung-hiburan-rakyat-hadirkan/#sthash.ahQeBu5R.dpuf
» » Panggung Hiburan Rakyat Hadirkan Kesenian Lengser
BREBES

Panggung Hiburan Rakyat Hadirkan Kesenian Lengser

Wednesday, 15 January 2014 - 756 Views
Panggung Hiburan Rakyat Hadirkan Kesenian Lengser
– Brebes – Meski kesenian lengser diakui bukan asli dari daerah, mayoritas penduduk Kecamatan Salem Brebes Jawa Tengah sering mementaskannya dalam berbagai acara. Hal inilah yang  menjadikan kesenian Lengser ini tidak terlalu asing di mata penduduk disana.
Seperti yan
- See more at: http://www.infopantura.com/panggung-hiburan-rakyat-hadirkan/#sthash.ahQeBu5R.dpuf

Meski kesenian lengser diakui bukan asli dari daerah, mayoritas penduduk Kecamatan Salem Brebes Jawa Tengah sering mementaskannya dalam berbagai acara. Hal inilah yang menjadikan kesenian Lengser ini tidak terlalu asing di mata penduduk disana. Seperti yang dilakukan saat menyambut kedatangan Bupati Brebes Hj Idza Priyanti dan jajarannya dalam Panggung Hiburan Rakyat belum lama ini. Peran Lengser sendiri dilakoni oleh seorang pria dengan berdandan dan bergaya layaknya seorang kakek tua, karena peranannya sebagai sosok panutan masyarakat yang dituakan, dan juga sebagai simbol penasehat dalam masyarakat, maka sosok Lengser yang tepat dijadikan sebagai sosok penyambut tamu. “ Kehadiran Ki Lengser atau Mang lengser memang menarik perhatian penonton atau tamu undangan. Begitu rombongan Bupati hadir di tempat panggung hiburan, Lengser-lah yang menyambut dan mengarahkan mereka ke kursi kehormatan sambil menarikan bebagai gaya jaipong,” ungkap salah seorang tokoh masyarakat disana. Koordinator Seksi Hiburan, Seni dan Budaya pada peringatan Hari Jadi ke-336 Kabupaten Brebes, DR. Tahroni menyampaikan panggung hiburan rakyat kesenian tradisional dan modern digelar dalam rangkaian berbagai kegiatan untuk memperingati hari jadi Kabupaten Brebes. “ Panggung hiburan, dilaksanakan secara marathon di 7 kecamatan se-Kabupaten Brebes. Sedangkan untuk materi hiburan, Tahroni menyerahkan kepada panitia lokal. Tahroni hanya berpesan agar disesuaikan dengan potensi local,”katanya. Selain di Kecamatan Salem, panggung hiburan juga dilaksanakan di Kecamatan Songgom, Tonjong Bumiayu, Banjarharjo serta terakhir di Kecamatan Tanjung. Sedangkan panitia besar peringatan hari jadi Brebes juga sedang menyiapkan Festival Kuliner dari 17 kecamatan yang akan dilaksanakan pada Sabtu tanggal 18 besok serta kirab budaya.

Senin, 27 Januari 2014

Kesenian Jawa Barat

A. Angklung

images

Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian local atau tradisional.

B. Degung

degung

Degung merupakan sebuah kesenian sunda yang biasanya dimainkan pada acara hajatan. Kesenian degung ini digunakan sebagai musik pengiring/pengantar. Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu,Gendang, Goong, Kempul, Saron, Bonang, Kacapi, Suling, Rebab, dan sebagainya. Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat tradisional, selain itu musik degung juga digunakan sebagai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya. Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari.

C. Rampak gendang

5886823987_5f1a150d1d_z

Rampak Gendang merupakan kesenian yang berasal dari Jawa Barat. Rampak Gendang ini adalah pemainan menabuh gendang secara bersama-sama dengan menggunakan irama tertentu serta menggunakan cara-cara tertentu untuk melakukannya, pada umumnya dimainkan oleh lebih dari empat orang yang telah mempunyai keahlian khusus dalam menabuh gendang. Biasanya rampak gendang ini diadakan pada acara pesta atau pada acara ritual.

D. Rengkong

images-112

Rengkong adalah salah satu kesenian tradisional yang diwariskan oleh leluhur

masyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun 1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang

yang pertama kali memunculkan dan mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk

kesenian ini sudah diambil dari tata cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi

sampai dengan menuainya.

E. Kuda renggong

 84kureg

Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor kuda atau lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut, Budak sunat tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru pakaian para Dalem Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai kain serta selop.

F. Kecapi suling

 kecapi suling1

Kacapi Suling adalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu permainan alat musik tradisional yang memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh Mamaos (tembang) Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda, yang pada umumnya nyanyian atau lagunya dibawakan oleh seorang penyanyi perempuan, yang dalam bahasa sunda disebut Sinden. Kacapi suling ini biasanya digunakan untuk mengiringi nyanyian sunda. Sunda. Kacapi Suling berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru Parahiangan Jawa Barat dan seluruh dunia.

Seni Tarian

A. Tari jaipong

 jaipong2-karawang

Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah modern karena merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaituDegung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.

B. Tari Ketuk tilu

 9164d41120c847f51738f57f0d820c5b

Ketuk Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini di masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu tapi murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu tari ketuk tilu ini banyak disukai masyarakat terutama di pedesaan yang jarang kegiatan hiburan.

C. Tari merak

 merak

Tari merak merupakan tarian tradisi suku sunda yang menggambarkan burung-burung merak yang sedang menari dengan gembira , tarian ini dibawakan oleh penari wanita-wanita sunda . dan biasanya tarian merak ini dibawakan untuk acara perkawinan ataupun menyambut tamu yang datang berkunjung ke tanah sunda .

D. Tari topeng

 TOPENG

Tari topeng ini adalah tarian suku sunda yang dibawakan oleh sekelompok orang penari pria atau wanita, yang menggunakan topeng khas suku sunda , dan biasanya tarian ini untuk menyambut tamu-tamu yang ingin berkunjung datang , dan sebagai pementasan pada saat acara-acara tertentu .Seperti perkawinan,khitanan,dan sebagainya.

E. Kuda lumping

 demoreog5

Kuda Lumping merupakan kesenian yang beda dari yang lain, karena dimainkan dengan cara mengundang roh halus sehingga orang yang akan memainkannya seperti kesurupan. Kesenian ini dimainkan dengan cara orang yang sudah kesurupan itu menunggangi kayu yang dibentuk seperti kuda serta diringi dengan tabuhan gendang dan terompet. Keanehan kesenian ini adalah orang yang memerankannya akan mampu memakan kaca serta rumput. Selain itu orang yang memerankannya akan dicambuk seperti halnya menyambuk kuda. Biasanya kesenian ini dipimpin oleh seorang pawang. Kesenian ini merupakan kesenian yang dalam memainkannya membutuhkan keahlian yang sangat husus, karena merupakan kesenian yang cukup berbahaya.

F. Wayang golek

 220px-Wayang_golek_SF_Asian_Art_Museum

Wayang Golek merupakan kesenian tradisional dari Jawa Barat, yaitu pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musikDegung lengkap denganSinden nya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, sepertiRamayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India. Dalam Wayang Golek, ada ‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti Dawala danCepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.

Téknologi Urang Sunda dina Widang tatanén


Tatanén pikeun masarakat sunda lain hal anu anéh, sabab dina kabudayaan masrakat sunda pakasaban anu utama nya éta tatanén.[4] Tatanén geus tumuwuh mangabad-abad di masarakat sunda, ti mimiti jaman purba kabiasaan tatanén geus dilakonan ku masarakat sunda, sabab kaayaan alam anu nyadiakeun minangka kabutuhan pikeun neruskeun hirup harita.[4] Sakabéh kagiatan merlukeun atawa miboga pakakas husus, kitu deui dina widang tatanén. Pakakas nu dibutuhkeun téh diantarana :
  • Arit nya éta pakakas paranti ngala jukut atawa ngala paré, dijieunna tina beusi dicampur baja jeung kai minangka gagangna, wangunna saperti gaét tapi teu nguél teuing. Arit miboga pungsi pikeun ngababad semak-semak, alang-alang jeung jujukutan.Dina mimitian ngabuka lahan anyar, biasana ngagunakeun arit.[5]
  • Asahan mangrupa batu husus paranti ngasah sabangsaning péso, bedog, jsté.[5]
  • Aseuk, Wangun aseuk téh kai buleud panjang, méncos tungtungna, paranti ngaseuk, nyieun logak leutik keur melak sisikian saperti jagong, suuk, buncis, kacang jsb. Aseuk disebut ogé luju.[5]
  • Bakrik Mangrupa pakakas nu dijieunna tina awi anu diala katut jangkarna, dipaké pikeun gantar pangait, disadiakeun pikeun nulungan nu kahuruan, kaayeunaeun kakaitna sok dijieun tina beusi.[5]
  • Bawak, Bagian pacul nu ngahiji jeung gelungana (bagian seuseukeutna beunang dilaan upama rék diasah) .[5]
  • Bedog, Nya éta parabot paranti meulah atawa motongasabangsaning awi tawa kai jeung barang séjénna. Dijieunna tina beusi, pérah/ gagangna maké kai tawa ku aluminieum. Wangunna aya anu pondok aya ogé anu panjang. Wadahna disebut sarangka, anu dijieunna tina kai.[5]
  • Burujul, nya éta wuluku nu teu maké lanjam.[5]
  • Caplak, nya éta pakakas nu dipaké dina keur tandur, gunana pikeun ngaguratan taeuh supaya upama nancebkeun binih paré lempeng. Caplak téh dijieunna tina kai.[5]
  • Congkrang, mangrupa parabot paranti ngababad sabangsaning jujukutan atawa tatangkalan anu leutik, jeung sajabana. Dijieunna tina beusi gagangna tina kai atawa aluminieum. Waggunna rada panjang batan arit, bagéan luhurna melengkung.[5]
  • Étém, téh sabangsa péso nu diwangun husus paranti ngala paré raranggeuyan.[5]
  • Garpuh, nya éta pakakas tukang tani paranti ngaguarkeun taneuh.[5]
  • Garu, nya éta pakakas tukang tani, paranti ngajurkeun taneuh sawah sabada diwuluku, wangunna suga sisir carang, biasanna ditarik ku munding atawa sapi boh sarakit boh hiji.[5]
  • Halu, nya éta parabot paranti nutu, dijieunna tina kai anu buleud.[5]
  • Koréd, nya éta pakakas tani pikeun miceunan jujukutan di kebon, dijieunna tina beusi jeung waja, wangunna sarupa arit tapi dilengkungkeun.[5]
  • Kujang, mangrupa pakakas sabangsa bedog sok dipaké pakarang atawa nyacar pihumaeun ku Urang Sunda baheula, bisa dipaké ngadék jeung newek, kiwari dipaké lambang rupa-rupa organisasi kasundaan.[5]
  • Lalandak, nya éta parabot paranti ngarambét di sawah nu ditanduranana maké digarit (tandur jajar) . Disebut ogé géréndél atawa gilinding.[5]
  • Lisung, mangrupa pakakas paranti nutu paré, dijieunna tina kai, liangna dua nya éta liang buleud jeung ling pasagi opat panjang.[5]
  • Pacul, nya éta parabot paranti malikkeun taneuh di sawah, ngagali lobang, ngamalirkeun cai, ngaduk jsb. Seuseukeutna dijieun tina beusi atawa waja, gagangna tina kai nu diradabéngkokkeun sangkan gampang makéna.[5]

Watak Urang sunda

Saban bangsa ngabogaan etos, kultur, sarta budaya anu béda.[3] Tapi tong anéh lamun aya bangsa anu boga kahayang pikeun melakeun étos budayana ka bangsa séjén, alatan nyangka yén etos sarta kultur budaya ngabogaan kaonjoyan.[3] Kabiasaan ieu kasampak dina étos sarta kultur budaya bangsa urang, alatan dina sawatara dékadeu geus kahébos ku budaya bangsa séjén.[3] Arus modernisasi menggempur budaya nasional urang anu jadi jati diri bangsa.[3] Budaya nasional kiwari kasampak pohara kuna, komo aya generasi ngora anu éra diajarna, pangabisa ngawasa kasenian tradisional dianggap teu méré mangpaat.[3] Rasa bangsa beuki leungit, alatan budaya bangsa séjén leuwih kasampak di batan budaya sorangan, kaayaan ieu ogé lumangsung dina budaya Sunda, ku kituna urang Sunda kaleungitan jati dirina. [3] Pikeun nyanghareupan bangbalu dina kabudayaan Sunda, aya alusna urang ngaléngkah ka tukang tiheula.[3] Diajar, sarta ngumpulkeun keusik mutiara anu ambacak salila ieu, loba papatah anu kapopohokeun, alatan henteu kungsi kacaba ku nu bogana. [3] Hal ieu lantaran kuranna kahayang pikeun diajar , komo maranéhanana méré anggapan tinggaleun jaman.[3] Lamun ditalungtik, sabenerna pamor étika moral Sunda ngabogaan hasanah hikmah anu rongkah, hal éta kagambar liwat talarina.[3] Aya sawatara étos atawa watek dina budaya Sunda ngeunaan hiji jalan pikeun ngahontal tujuan hirup.[3] Sajaba ti éta, étos sarta watek Sunda ogé bisa jadi bekel kasalametan dina ngambah kahirupan di dunya ieu, diantarana waé nya éta aya lima, cageur, bageur, bener, singer, sarta pinter anu geus lahir kira-kira jaman Salakanagara sarta Tarumanagara.[3] Cageur, nya éta kudu cageur jasmani sarta rohani, cageur mikir, cageur boga pamadegan, cageur moral, cageur migawé sarta lalampah.[3] Bageur nya éta boh haté, nyaah ka sasama, loba méré pamadegan sarta kaidah moril nu hadé atawa materi, henteu korét, henteu émosional, boh haté, penolong sarta ikhlas ngajalankeun sarta mengamalkan, lain ngan dibaca boh diucapkan waé. Bener nya éta henteu bohong, henteu asal-asalan dina migawé pancén pakasaban, amanat, lempeng ngajalankeun ageman, bener dina mingpin, sarta henteu ngarusak alam.[3] Singer, nya éta mawas diri lain was-was, ngarti dina saban pancén, miheulakeun batur saméméh pribadi, ngahormatan pamadegan batur, pinuh kaasih nyaah, henteu gancang ambek lamun dikritik tapi ditengetan harti esensina.[3] Pinter, nya éta beunghar élmu dunya sarta ahérat, ngarti élmu ageman nepi ka dasarna, bisa nyaluyukeun diri jeung sasama, bisa ngedalkeun sarta ngabéréskeun masalah kalayan wijaksana, sarta henteu ngarasa singer sorangan bari nyudutkeun batur.

Kabudayaan Sunda

Budaya atawa kabudayaan asalna tina basa Sansekerta nya éta buddhayah, nu mangrupakeun wangun jamak tina buddhi (budi atawa akal) dihartikeun salaku hal-hal nu aya pakaitna jeung budi ogé akal manusa.[1] Dina basa Inggris, kabudayaan disebut culture, nu asalna tina kécap Latin “Colere’, nya éta ngolah atawa ngerjakeun.[1] Bisa dihartikeun ogé salaku ngolah tanah atawa tatanén.[1] Kécap culture ogé bisa dihartikeun salaku “kultur” dina basa Indonesia.[1] Kabudayaan didefinisikeun salaku sakabeh pangaweruh manusa salaku makhluk sosial nu digunakeun pikeun maham jeung ngainterpretasikeun lingkungan jeung pengalamanna, sarta jadi landasan dina tingkah-lakuna, ku kituna kabudayaan mangrupakeun sarangkaian aturan-aturan, pituduh-pituduh, rencana-rencana, jeung strategi-strategi nu ngawéngku sarangkaian model-model kognitif nu dipiboga ku manusa, jeung digunakeun sacara selektif Dina nyanghareupan lingkunganna sakumaha kawujudna dina tingkah-laku jeung tindakan-tindakanna.[1] Kabudayaan bisa didefinisikeun salaku sakabeh pangaweruh manusa salaku makhluk sosial nu digunakeun pikeun maham jeung ngainterpretasikeun lingkungan jeung pengalamanna, sarta jadi pituduh pikeun tingkah lakuna.[1] Hiji kabudayaan mangrupakeun kabogaan babarengan anggota dina masarakat atawa golongan sosial, nu sumebarna ka anggota-anggotanna jeung pewarisna ka generasi saterusna dilakukeun ngaliwatan proses belajar jeung ngagunakeun simbol-simbol nu ngawujud boh dina wangun ka ucap boh henteu (ka asup ogé sarupaning pakakas nu dijieun ku manusa).[1] Ku kituna, sakumna warga masarakat miboga pangaweruh ngeunaan kabudayaanna nu henteu sarua jeung anggota-anggota lianna, lantaran ku pengalaman jeung proses diajar nu beda jeung lantaran lingkungan-lingkungan nu disanghareupan teu salilana sarua.[1] Sedengkeun Sunda nya éta istilah pikeun idéntitas hiji séké sélér nu nyicingan utamana bagian kulon pulo Jawa (katelah Tatar Sunda atawa Pasundan, ngawengku propinsi Jawa Kulon, Banten, jeung bagian kulon Jawa Tengah), nyaéta urang Sunda, nu migunakeun basa Sunda salaku basa indungna katut kabudayaanana.[2]

Minuman dan Makanan Khas Sunda

Cara Membuat Sakoteng
Beberapa makanan dan minuman khas Sunda sangat banyak, namun penulis mencoba menuliskannya beberapa diantaranya yaitu:
Bajigur adalah minuman hangat khas masyarakat Sunda dari daerah Jawa Barat, Indonesia. Bahan utamanya adalah gula aren, dan santan. Untuk menambah kenikmatan dicampurkan pula sedikit jahe, garam dan bubuk vanili.
Minuman yang disajikan panas ini biasa dijual dengan menggunakan gerobak yang menyertakan kompor. Bajigur paling cocok diminum pada saat cuaca dingin dan basah sehabis hujan. Makanan yang sering dihidangkan bersama bajigur adalah pisang rebus, ubi rebus, atau kacang rebus.
Bandrek adalah minuman tradisional orang Sunda dari Jawa Barat, Indonesia yang dikonsumsi untuk menaikkan kehangatan tubuh. Minuman ini biasanya dihidangkan pada cuaca dingin, seperti di kala hujan ataupun malam hari. Bahan dasar bandrék yang paling penting adalah jahe dan gula merah, tapi daerah-daerah tertentu menambahkan rempah-rempah tersendiri untuk memperkuat efek hangat yang diberikan bandrék, seperti serai, merica, pandan, telur ayam kampung, dan sebagainya. Susu juga dapat ditambahkan tergantung dari selera penyajian. Banyak orang Indonesia percaya bahwa bandrék dapat menyembuhkan penyakit ringan seperti sakit tenggorokan. Ada juga bandrék yang dikhususkan untuk orang dewasa karena efek panasnya.
Cendol
Cendol merupakan minuman khas Indonesia yang terbuat dari tepung beras, disajikan dengan es parut serta gula merah cair dan santan. Rasa minuman ini manis dan gurih. Di daerah Sunda minuman ini dikenal dengan nama cendol sedangkan di Jawa Tengah dikenal dengan nama es dawet. Berkembang kepercayaan populer dalam masyarakat Indonesia bahwa istilah “cendol” mungkin sekali berasal dari kata “jendol”, yang ditemukan dalam bahasa Sunda, Jawa dan Indonesia; hal ini merujuk sensasi jendolan yang dirasakan ketika butiran cendol melalui mulut kala tengah meminum es cendol.
Tepung beras diolah dengan diberi pewarna berwarna hijau dan di cetak melalui saringan khusus, sehingga berbentuk buliran. Pewarna yang digunakan awalnya adalah pewarna alami dari daun pandan, namun saat ini telah digunakan pewarna makanan buatan. Di Sunda cendol dibuat dengan cara mengayak kukusan tepung beras yang diwarnai dengan daun suji dengan ayakan sehingga diperoleh bentuk bulat lonjong yang lancip di ujungnya. Di Sunda minum cendol disebut nyendol.
es Lilin
Es yang juga menjadi judul salah satu lagu sunda ini adalah es yang terbuat dari campuran santan, gula dan susu. Sekarang varian es lilin ini sudah bermacam macam, ada rasa strawberry, melon, bahkan leci.
Beas Cikur
Minuman beras kencur termasuk minuman eksis karena bisa ditemukan di mana saja. Di bakul tukang jamu gendong manapun pasti ada, bahkan disajikan sebagai welcome drink di restoran.
Ramuannya sangat sederhana, karena hanya terdiri dari bubuk beras dan kencur (Kaempferia galanga L) yang diseduh dalam air. Meski begitu, manfaatnya sangat beragam mulai dari meredakan letih lesu karena kelelahan hingga mengurangi geala masuk angin.
Selain karena banyak manfaatnya, beras kencur juga disukai karena rasanya sama sekali tidak pahit seperti bayangan orang kebanyakan tentang jamu. Justru rasanya yang segar membuatnya sering disajikan dalam bentuk es beras kencur sebagai minuman segar, bukan sebagai jamu untuk pengobatan tradisional.
Sakoteng
Sekoteng adalah minuman hangat yang tentunya sangat enak dan berkhasiat tinggi. Minuman asli indonesia ini sangat nikmat disajikan dimalam hari dan saat hujan tiba. Sekoteng ini tentunya menggunakan racikan bahan dan rempah-rempah alami asli indonesia. resep sekoteng terdiri dari air rebusan jahe dan rempah lainnya.
Bahan lain yang biasanya dicampur ke dalam minuman sekoteng adalah kacang hijau, kacang tanah, pacar cina, dan potongan roti. Sekoteng biasa dihidangkan pada malam hari. Sekoteng biasanya dijual keliling dengan menggunakan gerobak pikul. Satu sisi untuk panci air jahe beserta kompornya sedangkan sisi lain adalah tempat bahan campuran dan tempat mempersiapkan sekoteng.
Goyobod
Goyobod adalah minuman khas Priangan. Goyobod sendiri adalah tepung sagu aren yang diproses seperti agar-agar. Dicampur macam-macam tambahan seperti sekoteng, alpukat, yang dicampur dalam santan kelapa dan es serut dengan pemanis sirup gula dan susu kental manis serta tambahan roti manis.
Karedok
Karedok atau keredok adalah makanan khas daerah di Indonesia. Karedok dibuat dengan bahan-bahan sayuran mentah antara lain; ketimun, tauge, kol, kacang panjang, daun kemangi, dan terong. Sedangkan sausnya adalah bumbu kacang yang dibuat dari cabai merah, bawang putih, kencur, kacang tanah, air asam, gula jawa, garam, dan terasi.
Lotek
Lotek hampir sama dengan pecel, yakni makanan berupa rebusan sayuran segar yang disiram dressing berupa sambal dicampur bumbu kacang. Keunikannya, sebagai bahan sambal di samping kacang seringkali ditambahkan tempe dan dalam bumbunya ditambahkan terasi, gula merah, dan bawang putih. Secara umum, lotek terasa lebih manis daripada pecel. Selain itu, kalau sambal pecel bumbu sudah dicampur sebelumnya, untuk lotek bumbu baru ditambahkan ketika akan dihidangkan. Lotek dapat disajikan dengan lontong atau nasi hangat, disertai dengan kerupuk dan bawang goreng.
Colenak
Colenak adalah singkatan dicocol enak (bahasa sunda),merupakan makanan yang dibuat dari peuyeum (tape singkong) yang dibakar kemudian disajikan dengan saus yang terbuat dari parutan kelapa dan gula merah. Makanan khas Bandung yang masih bertahan meski saat ini agak jarang yang menjualnya. Karena kandungan gula di dalam tape maka tape tersebut mudah gosong, meski ini adalah bagian yang terenak bagi beberapa orang.
  • Seblak
Seblak adalah makanan yang terbuat dari kerupuk rebus, yang dicampur racikan bumbu pedas yang terdiri dari Cabai, Bawang Putih, Garam dan Kencur. Seblak ini ada 2 macam yaitu Seblak Kering dan Seblak Basah.
Peuyeum
Peuyeum Bandung atau dalam bahasa Indonesianya disebut dengan Tape memiliki 2 jenis yang berbeda bahan pembuatannya, jenis peuyeum yang pertama terbuat dari singkong, dan jenis ini mungkin jenis peuyeum yang sering kita temui. Kemudian jenis yang kedua, ada jenis peuyeum yang dibuat dari beras ketan yang telah di fermentasikan. Dan yang akan kita bahas kali ini adalah jenis peuyeum yang terbuat dari bahan dasar singkong.
Kedua jenis peuyeum ini mempunyai rasa yang enak oleh karena itu peuyeum sangat terkenal di Bandung. Biasanya para pengunjung dan wisatawan, baik lokal dan bahkan turis mancanegara pada saat liburan atau berkunjung ke Bandung mereka selalu membeli peuyeum sebagai oleh-oleh baik untuk tetangga, kerabat, atau keluarganya di kota asal mereka.